BEDAH BUKU

Himpunan Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah (HMJ HES) Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum IAIN Tulungagung pada hari Selasa tanggal 17 Pebruari 2015 telah menyelenggarakan Bedah Buku “The Power of Writing” karya Dr. Ngainun Naim. Dalam acara bedah buku ini HMJ HES mendatangkan narasumber kedua dari Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum, Dr. Kutbuddin Aibak. Bedah buku ini berlangsung sukses dan dihadiri hampir 200 mahasiswa IAIN Tulungagung. Tentu saja hal ini merupakan gebrakan HMJ HES dalam kaitannya dengan dunia literasi. Dalam acara ini, narasumber utama (penulis buku) Dr. Ngainun Naim menyampaikan banyak hal terkait dengan dunia literasi. Beberapa di antaranya yaitu Dr. Naim mengajak semua mahasiswa untuk menulis, membuat blog, manfaat menulis, memberi semangat pada mahasiswa pasti bisa menulis, tidak mudah menyerah, injeksi spirit menulis, energi kata, dan write or die.

Beberapa hal penting dari yang disampaikan Dr. Naim adalah sebagai berikut: (1) Spirit menulis itu tidak tetap. Saat Anda ikut pelatihan menulis atau membaca buku menulis, semangat untuk menulis meningkat. Tetapi saat Anda sibuk dengan aktivitas sehari-hari, spirit menulis itu menurun atau bahkan hilang.(2) Penulis besar tidak akan larut dalam kondisi spirit yang menurun. Ia akan selalu berusaha mencari jalan agar spirit menulis kembali meningkat. Sementara penulis pemula, ia akan pasrah pada keadaan, pasif dan menunggu datangnya momentum untuk menulis.(3) Keterampilan menulis diperlukan mahasiswa sepanjang duduk di bangku kuliah. Mahasiswa yang telah memiliki keterampilan menulis secara baik akan memiliki peluang besar untuk menyelesaikan tugas akhirnya secara baik. (4) Kesulitan menulis biasanya disebabkan karena ”jam terbang” menulis yang belum tinggi. Membuat blogmerupakan sarana untuk meningkatkan ”jam terbang”. Semakin sering blog diisi maka semakin terlatih menulis.  (5) Menulis dapat membangkitkan ide-ide (gagasan) baru.(6) Menulis membantu mengorganisasikan gagasan-gagasan dan menjelaskan (menjernihkan) konsep-konsep. (7) Menulis dapat membuat jarak antara penulis dengan gagasan-gagasannya sehingga gagasan-gagasan tersebut mudah dievaluasi.Saat Anda selesai menulis, Anda dapat membaca ulang hasil tulisan Anda. Sangat mungkin apa yang telah Anda tulis itu kemudian Anda coret atau hapus karena kekurangcocokan. Begitulah, menulis itu membutuhkan proses yang tidak sekali jadi. (8) Menulis membantu menyerap dan mengolah informasi sehingga ketika menulis topik tertentu penulis dapat mempelajarinyadengan lebih baik.(9) Menulis dapat membantu kita menyelesaikan masalah; kita dapat menguji dengan menguraikan elemen-elemen masalah ke dalam bentuk tulisan.Ada cukup banyak riset yang menyebutkan bahwa menulis merupakan cara ekspresi diri yang otentik.(10) Menulis menjadikan kita sebagai pembelajar yang aktif. Menulis mengharuskan kita untuk tidak hanya menerima informasi, melainkan juga mendalaminya secara aktif. Kondisi ini menjadikan seorang penulis sebagai pembelajar. Pendapatnya yang kemudian dituangkan dalam tulisan mencerminkan pengetahuan yang dimilikinya. Jika tulisannya berbobot maka hal itu menunjukkan bahwa si penulis merupakan seorang pembelajar yang tangguh. Tetapi jika tulisannya kurang mendalam, besar kemungkinan si penulis bukan pembelajar sejati. (11) Syarat menulis adalah memiliki kemauan untuk terus menulis;menulis tentang apa saja, dimana saja, kapan saja, dan tidak boleh patah semangat. Jangan pedulikan soal kualitas, karena kualitas akan meningkat seiring dengan seringnya menulis. Cara menulis cuma satu; MENULISLAH sekarang juga.  Jangan lagi ditunda. Hal utama yang harus dibangun saat menekuni dunia menulis adalah memompa semangat, menjaganyasecara konsisten, tekun, rajin dan terus berusaha menulis. Tundukkan semua hambatan dan halangan. (12) Menulis itu bukan hanya teori tetapi justru menekankan pada praktik. (13) Menulislah apa saja yang Anda ketahui. (14) Setiap mengisi acara tulis-menulis, saya harus bisa menjadi teladan. Karena itu, setiap acara pelatihan menulis menjadi media bagi saya untuk terus menulis. Mustahil para peserta bisa menulis dengan baik jika saya hanya berteori. Saya harus membuktikannya dengan contoh.  (15) Banyak yang ingin bisa menulis, tetapi terhenti sebatas sebagai keinginan belaka.(16) Kunci penting menulis itu—salah satunya—adalah tidak mudah menyerah. Penulis yang berhasil semuanya memiliki mentalitas tahan banting.(17) Jika ingin sukses menulis jangan mudah menyerah. Mari terus berjuang untuk menghasilkan karya. (18) Para penulis hebat adalah mereka yang mau berbagi pengalamannya dalam menulis. Mungkin mereka sekadar menulis saja, tetapi jika tulisan mereka mampu menggerakkan orang lain untuk menulis, Insyaallah nilai kebaikannya akan terus mengalir. (19) ”Siapa pun bisa menjadi penulis. Tak terkecuali Sri Lestari. Melalui tulisan di blog, perempuan yang dengan bangga mengaku (maaf) babu itu berbagi kabar ke dunia. Dari sebuah loteng di dapur juragan, tulisannya selalu ditunggu ribuan follower dan fans blognya”.(20) Sebagai orang yang merasakan manfaat menulis, saya ingin ”mempermalukan” teman-teman yang punya banyak potensi dan peluang menulis melebihi Sri Lestari tetapi belum menulis. Sri Lestari yang (maaf sekali lagi) babu saja bisa, mau, dan mampu menulis, masak kaum yang lebih terpelajar tidak bisa?(21) Membaca dan menulis itu memiliki energi besar untuk merubah hidup kita. Jadi mari membaca, serap energinya, dan menjadi diri yang terus memiliki nilai tambah setiap hari. Setelah itu tulis dan kembangkan agar diri kita semakin berdaya.

Demikian juga menurut narasumber kedua, Dr. Aibak. Menurutnya sebenarnya ada banyak cara yang bisa dilakukan oleh seseorang yang mau menulis, paling tidak tips yang bisa dilakukan itu antara lain: pertama, sediakan alat tulis. Siapa pun Anda ketika mau belajar menulis, maka Anda harus menyediakan alat tulis. Dalam pemahaman klasik, alat tulis itu adalah pulpen dan kertas, dengan mesin ketik. Sedangkan dalam pemahaman modern alat tulis itu bisa berupa HP, BB, iPad, tablet, laptop, komputer, dan alat-alat modern yang lain.

Pada era klasik, alat tulis yang ada sedemikian sederhana, sehingga seseorang yang belajar menulis tentu memerlukan beberapa proses tahapan, butuh proses yang agak panjang. Sedangkan di era modern dengan kecanggihan alat teknologi dan komunikasi, maka seseorang yang belajar menulis sebenarnya sudah sedemikian mudah dan dimanjakan oleh alat-alat tulis itu. Artinya, seseorang yang belajar menulis di era sekarang sebenarnya sudah jauh lebih mudah dibanding dengan penulis-penulis di masa lalu yang membutuhkan perjuangan yang berat. Ide-ide yang muncul, kapan saja dan di mana saja, akan dengan sangat mudah diikat oleh alat-alat tulis tersebut.

Kedua, belajar menulis. Apabila Anda (khususnya mahasiswa) ingin memiliki kemampuan menulis atau bisa menulis, maka mau tidak mau Anda harus belajar menulis. Menulis, menulis, dan menulis. Menulis apa pun, apa yang ada di pikiran, apa yang dilihat, apa yang didengar, dan seterusnya, di mana saja dan kapan saja terus belajar menulis. Menulislah sebisanya, jangan ditunda-tunda, tidak perlu menunggu ada waktu luang atau waktu yang tepat, tidak perlu menunggu datangnya mood, tidak perlu menunggu adanya ide yang baik, tidak perlu menunggu memiliki pemahaman yang luas atas apa yang mau ditulis, dan seterusnya. Segera menulis dan jangan ditunda lagi.

Ketiga, abaikan aturan main. Seseorang (mahasiswa) yang masih dan mulai belajar menulis, maka ada baiknya (dan mungkin harus) mengabaikan semua syarat tata cara penulisan yang benar. Aturan ilmiah apa pun yang ada dalam tulis menulis harus diabaikan. Menulislah sebisanya, mengalir saja, dan jangan terbebani oleh aturan-aturan yang ada. Biarkan jari-jemari Anda terus menggerakkan alat tulis, menuangkan apa yang ada dalam pikiran, angan-angan, mengalir, terus dan terus mengalir.

Keempat, banyak membaca. Apabila kita sudah mulai bisa menulis, maka perbanyaklah membaca, membaca apa pun. Membaca apa pun akan menambah berbagai wawasan, pengetahuan, dan memperkaya pemahaman seseorang, sehingga memudahkan untuk menulis. Termasuk dalam hal ini, jika Anda memiliki ide tertentu dan akan menuangkan dalam bentuk tulisan, maka mencari referensi terkait dengan ide tersebut lalu membacanya, baik buku-buku yang terkait langsung dengan dunia literasi maupun buku-buku umum lainnya. Hal ini tentu saja akan banyak memberikan pengetahuan dan pemahaman, sehingga memudahkan untuk menuliskannya.

Kelima, bertanya atau berdiskusi. Seseorang yang ingin menulis, maka dia bisa bertanya langsung kepada seseorang yang memiliki kemampuan dalam menulis, berdiskusi dengan penulis, atau melalui berbagai media yang ada. Termasuk dalam tahap ini adalah Anda bisa menghadiri berbagai forum tentang menulis, forum diskusi, seminar, lokakarya, dan bedah buku atau forum-forum lainnya. Tahap ini bisa dilakukan oleh mereka yang mau belajar menulis, baru bisa menulis atau pun bagi mereka yang mahir menulis. Tentu saja hal ini dilakukan agar seseorang bisa termotivasi untuk terus belajar menulis, menulis dan menulis, termasuk bagi mereka yang sudah mahir menulis pun ada baiknya melakukan tahap ini.

Lebih dari itu, seseorang yang ingin menjadi penulis, ada baiknya belajar dari siapa pun, dari anak kecil, orang (maaf) yang kurang normal, tokoh (penulis), dan mungkin juga motivator. Belajar dari anak kecil, Anda bisa melihat bagaimana kebiasaan anak kecil pada usia balita, dalam belajar menulis sering kali mencorat-coret di berbagai tempat yang ada di sekitarnya, dinding, meja, kursi, almari, lantai, televisi, motor, mobil, dan semua tempat yang bisa dijangkau. Dia bisa melakukan apa pun dengan bebas, tanpa ada beban sama sekali.

Belajar dari orang-orang yang kurang normal. Anda bisa melihat dan menyaksikan bagaimana orang-orang ini tidak mudah menyerah dengan keadaan, mereka melakukan perjuangan yang luar biasa. Selain bagaimana kehidupan mereka yang serba kekurangan dan penuh dengan perjuangan, Anda bisa melihat (di antara mereka) bagaimana mereka menulis dengan menggunakan mulut, menggunakan kaki, dan seterusnya. Mereka tetap melakukan aktivitas-aktivitas yang mungkin kita tidak bisa melakukannya. Mereka memiliki prinsip, selama nyawa masih menyatu dengan jasad, tidak ada kata menyerah.

Dalam hal ini ada banyak media yang dapat Anda gunakan untuk belajar menulis, mulai dari kertas, buku, madding, facebook, WA, twitter, dan lain-lain. Belajar menulis apa pun bisa menggunakan media-media tersebut. Pada era sekarang, seseorang yang mau belajar menulis tidak akan kekurangan media, karena itu semestinya mereka akan lebih leluasa untuk belajar menulis, dan dimudahkan dengan fasilitas-fasilitas media yang ada. Bahkan, Anda semua memiliki media-media itu. Kertas dan buku (buku harian) adalah media belajar menulis secara khusus, karena tulisan di media ini mungkin hanya Anda yang tahu, orang lain belum tentu tahu. Madding adalah media menulis untuk umum, yang bisa dilihat dan dibaca oleh masyarakat luas. Sedangkan facebook, WA, twitter, dan media lainnya adalah media yang juga digunakan untuk umum, yang canggih, di mana pada saat Anda selesai menulis dan mem-posting-nya, maka pada saat itu pula, masyarakat luas bisa melihat dan membacanya.

Oleh karena itu, Anda harus mengetahui dan memahami bahwa kemampuan menulis itu tidak mungkin muncul secara instan dan cepat, tetapi harus dilatih, dilatih, dan terus dilatih. Kemampuan menulis ini harus diasah secara terus menerus. Jika Anda ingin jadi penulis, maka latihan menulis inilah yang harus Anda lakukan. Karena hanya dengan proses dan cara yang demikian ini, Anda bisa menulis, menulis dengan baik, dan bahkan menjadi penulis yang sebenarnya.

Secara khusus, di Perguruan Tinggi, pada kenyataannya ada banyak mahasiswa yang belum bisa menulis dengan baik. Sama dengan orang pada umumnya, mahasiswa tidak akan dapat menulis dengan baik, jika mereka tidak atau kurang memahami bagimana cara menulis, meskipun sebenarnya hal ini bisa diabaikan tetapi dengan syarat mereka mau belajar menulis, menulis dan terus latihan menulis.

Sebenarnya, ada banyak cara bagi mahasiswa untuk belajar menulis, karena mahasiswa selalu berkecimpung dan bergelut dengan semua hal yang ada hubungannya dengan dunia literasi. Dalam proses pembelajarannya, mahasiswa harus banyak membaca dan mempelajari berbagai materi perkuliahan yang telah diprogram pada setiap semesternya, selama delapan semester. Apabila mahasiswa tidak banyak membaca dan mempelajari materi-materi perkuliahan, maka sudah barang tentu mereka tidak akan memiliki pengetahuan dan pemahaman yang mendalam atas materi-materi tersebut. Atas proses yang demikian ini, maka akan dapat dibedakan antara mahasiswa yang aktif dan mahasiswa yang kurang atau tidak aktif, antara mahasiswa yang memiliki pengetahuan yang mendalam dengan yang tidak, termasuk dalam hal membaca-menulis pun juga dapat dibedakan.

Hal-hal yang terkait dengan dunia literasi mahasiswa ada banyak macamnya, antara lain tugas-tugas mahasiswa, mulai dari membuat resume, makalah, fieldnote, laporan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), laporan Kuliah Kerja Nyata (KKN), sampai yang paling berat, yaitu melakukan penelitian sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan program sarjana S-1 (skripsi). Termasuk dalam hal ini adalah keaktifan mahasiswa dalam sebuah organisasi, di mana di dalam organisasi ini mereka juga tidak bisa melepaskan diri dari dunia literasi, dari hal-hal yang sifatnya formal (surat-menyurat, membuat proposal, laporan, dan lain-lain), sampai pada hal-hal yang sifatnya pengembangan atas daya kreativitas dan daya kritis mereka, seperti menulis artikel dalam berbagai media yang ada (majalah mahasiswa, buletin, dan seterusnya).